Rabu, 03 Februari 2010

Bursa Mobil Lesehan Khas Yogya


LUAR BIASA. Itulah kata yang mungkin bakal terucap kala kita pertama kali mendatangi Stasiun TVRI Yogyakarta pada Ahad pagi. Kompleks stasiun televisi yang sehari-hari tampak sepi itu berubah menjadi pasar, bahkan membuat Jalan Raya Magelang-Yogya di depannya macet.

Maklum, di kompleks TVRI Yogya ini tiap akhir pekan berlangsung bursa mobil bekas. Namanya Otobursa. Ada seribuan mobil ditawarkan di sini. Ribuan pengunjung datang dan pergi.

"Otobursa buka pukul delapan pagi sampai setengah lima sore. Tapi, pada pukul sepuluh, pintu masuk peserta kami tutup karena tempat sudah penuh," kata Harwanto, petugas pendaftaran. Menurut dia, sejak pukul 05.30 WIB, peserta sudah mulai datang kendati lokasi belum dibuka.



Mobil yang berhasil masuk lokasi bursa berjajar di halaman depan dan belakang gedung stasiun televisi milik pemerintah ini. Sisanya memenuhi jalanan aspal di dalam kompleks, taman, dan kebun kosong dari lahan seluas delapan hektare di kompleks itu. Bagi peserta yang tak kebagian tempat, harus puas memajang mobilnya di tepi Jalan Magelang. Transaksi pun dilakukan di sekitar trotoar. Maka lalu lintas sering macet total.

Beragam merek dan jenis mobil ditawarkan di sini. Dari mobil boks butut sampai sedan mewah BMW. Pilihannya juga banyak. "Ada 800-an mobil yang rata-rata ikut bursa ini. Belum termasuk yang dipajang di tepi jalan itu," tutur Ketua Tim Otobursa TVRI Yogya, Sumedi.

Menurut dia, bursa mobil ini awalnya cuma untuk menyambut ulang tahun TVRI. Pesertanya pun puluhan. Karena desakan masyarakat, pasar mobil itu dibuat rutin seminggu sekali. Meski begitu, syarat ikut bursa ini dibuat tetap mudah.

"Peserta cukup mendaftar dan membayar Rp 10 ribu. Kami tidak minta imbalan dari mobil yang laku," kata Sumedi. Setelah mendaftar, peserta bebas memilih lokasi dan melakukan tawar-menawar dengan pengunjung. Sekretariat Otobursa tak mencampuri proses transaksi.

Dengan syarat gampang itu, ditambah promosi via siaran TVRI Yogya, tak mengherankan jika peserta bursa mobil ini terus membengkak. Belakangan bursa mobil ini juga menjadi salah satu sentra kulakan mobil bekas di Yogya dan sekitarnya.

"Bahkan Otobursa ini pada 1992 dan 1994 meraih sertifikat Muri (Museum Rekor Indonesia) sebagai penyelenggara bursa mobil dengan peserta terbesar di Indonesia," kata Saktiono, humas TVRI Yogya.

Peserta bursa --terdiri dari show room, pedagang, dan pemilik mobil pribadi yang ingin melego mobilnya-- datang dari berbagai kota, seperti Demak, Pekalongan, Solo, dan Semarang, serta Yogyakarta sendiri. "Menjelang Lebaran kemarin, malah ada truk kontainer membawa mobil-mobil bekas dari Jakarta ikut bursa ini," kata Handoko, 35 tahun, pedagang mobil warga Yogyakarta.

Uniknya, para peserta bursa ini rata-rata membawa tikar untuk duduk lesehan menunggu pembeli atau melakukan transaksi. Handoko, misalnya, menggelar tikar di bawah pepohonan di sisi mobilnya. Anak balitanya tampak terlelap di atas tikar, sedangkan sang istri asyik menyantap rambutan.

Wallhasil, saking cukup banyaknya peserta yang membawa keluarga dan menggelar tikar, suasana bursa mobil ini jadi mirip lokasi wisata. Apalagi memang ada beberapa peserta yang mengaku datang dengan niat sembari ingin berwisata bersama keluarga.

"Saya datang dari Semarang dengan keluarga. Niatnya memang untuk menjual mobil di sini, sekalian wisata ke Yogyakarta," tutur Andi, 30 tahun. "Syukur laku, jika tidak, ya tak apa-apa."

Bursa mobil ini dibuka gratis bagi pengunjung. Maka beragam kalangan tumpah ruah di sini. Selain itu, harga mobil juga relatif murah karena banyak yang berasal dari tangan pertama pemilik mobil.

"Harga mobil lebih murah 5-10 persen dibanding show room," kata Maryanto, 50 tahun, calon pembeli dari Bantul. Ia mengaku tertarik karena harga murahnya itu. Maryanto pun datang beramai-ramai dengan istri dan anak-anaknya.

Menurut catatan panitia Otobursa, per harinya minimal terjual sepuluh mobil di bursa ini dan bisa naik hingga 50-an mobil pada masa liburan. "Namun, transaksi yang terjadi bisa lebih besar lagi. Sebab, tidak semua mobil yang laku dilaporkan ke sekretariat," komentar Efendi, sales Simas Mobil. Perusahaan pembiayaan yang sudah setahun mangkal di lokasi ini setidaknya mendapatkan sepuluh nasabah baru tiap kali bursa dibuka.

Banyaknya pengunjung yang datang membuat mereka kadang harus berdesak-desakan di jalan selebar empat meter di lokasi bursa. Sementara itu, suara pedagang asongan dan pedagang bakso yang menawarkan dagangannya pun turut meramaikan suasana.

Jadi jika suatu saat Anda berkunjung ke sini dan sudah capek berkeliling tapi belum ketemu mobil dambaan, jangan khawatir. Ikutlah duduk lesehan sejenak, seraya menyantap bakso atau menyeruput minuman.

Masih pegal-pegal? Tenang saja, di sini sudah menanti beberapa tukang pijat. Mereka membuka praktek di emperan gedung. Habis itu kita pun bisa minum jamu tradisional yang juga dijual di teras ini. Nah, kurang apa lagi? [] jarot doso purwanto

Sumber: Koran Tempo, 21 Februari 2005 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar